Lumi berbaring di atas padang rumput yang menghijau menhadap sambil memejam matanya. Kenangan lalu tiba-tiba menjelma.
“Say Lumi, when I’m gone one day will you forgot me?”
“Kenapa cakap macam tu? Tak kesiankah you pada i? I hanya ada Yuu dengan you aje dalam dunia ni, hmm..” Lumi menjawab dengan suara yang sayu mengingatkan nasib dirinya dan abangnya setelah kehilangan kedua orang tua mereka.
“Lumi, we need to change, I rasa hubungan kita ni salah. Woman are made for man, not woman. If I gone one day, will you try to accept man as your partner forever and ever?” Dengan nada memujuk Via mengusap kedua-dua belah pipi Lumi.
Lumi mengeluh dan membuka matanya. Langit biru, imaginasinya awan putih membentuk wajah Via tersenyum dari jauh memandangnya.
“Via…” Dia mengiring ke sisi dan dan memandang seorang pemuda berbaring tidak jauh disebelahnya.
“Adam”
Adam menoleh.
“Are you crying just now?” soal Adam setelah terpandang setitik air mata mengalir di pipi Lumi.
“Kenapa awak ada kat sini”?
“I tengok macam best je you baring kat sini, I pun tumpang sekaki lah. Kenapa, x boleh ke?”
“Whatever” Lumi memandang ke langit tanpa menghiraukan Adam disisinya.
“You such a weird girl Lumi, kalau girl lain, dah jerit tau kalau tiba-tiba ada boy berbaring disebelah”
“I leh jerit kalau you nak”
“Heh?, Say Lumi, I nak berkawan dengan you, lantakla kalau you taknak pun, I nak berkawan jugak dengan you”
“What is your problem boy?”
“I’m attracted to you, and it’s your fault young lady for attracting me. I akan terus kacau hidup you sampai you boleh terima i”
Lumi menoleh memandang Adam.
“Why are you crying just now?”
“I’m not”
“Liar, now that I’m your friend, I don’t mind lending you my shoulder to cry”
“Since when?”
“Since a couple of hours ago”
“Whatever” Malas nak layan. Ujar Lumi dalam hatinya.